BAHASA
MINANGKABAUMasyarakat Sumatera Barat
mempunyai bahasa daerah yang dikenal dengan Bahasa Minangkabau. Memiliki
sepuluh dialek yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Tidak ada
perbedaan yang mendasar antara bahasa Minangkabau dengan Bahasa Indonesia baik
dalam bentuk maupun tatabahasanya. Perbedaan yang terjadi hanya pada ejaan
terutama dalam pemakaian Vowel.
Vowel a dan e dalam Bahasa
Indonesia menjadi "o" dalam Bahasa Minangkabau.
Apa menjadi "Apo".
Mana menjadi "Mano"
Petang menjadi "Patang"
Senja menjadi "Sanjo"
Tua menjadi "Tuo"
Apa menjadi "Apo".
Mana menjadi "Mano"
Petang menjadi "Patang"
Senja menjadi "Sanjo"
Tua menjadi "Tuo"
Penutur Bahasa Minang
kadangkala menghilangkan suku kata diakhir sebuah kata. Misalnya:
Kemana menjadi "Kamano" dan diucapkan "kama"
Mengapa jadi "Mangapo" dan diucapkan "Manga"
Berapa jadi "Barapo" dan diucapkan "Bara"
Bagaimana jadi "Bagaimano" dan diucapkan "Baa"
Kemana menjadi "Kamano" dan diucapkan "kama"
Mengapa jadi "Mangapo" dan diucapkan "Manga"
Berapa jadi "Barapo" dan diucapkan "Bara"
Bagaimana jadi "Bagaimano" dan diucapkan "Baa"
Lihat contoh kalimat
dibawah ini:
Apakah yang akan kamu kerjakan?
Dalam Bahasa Minangkabau menjadi a tu nan ka karajo ang
atau apa sebabnya maka ia lari?
menjadi ba a mangko inyo lari?
Apakah yang akan kamu kerjakan?
Dalam Bahasa Minangkabau menjadi a tu nan ka karajo ang
atau apa sebabnya maka ia lari?
menjadi ba a mangko inyo lari?
Walaupun begitu, pada
beberapa kata sambungan ada yang tidak dikenal akar silsilahnya seperti kata
sambungan "jo", misalnya dalam kalimat jo a wa ang ka mari? (dengan
apa kamu kemari?). Perkataan jo disini memiliki arti dengan.
Ada
juga pengertiannya yang lain pada kalimat berikut "itulah jannyo hambo" (itulah
kata hamba).
Dalam kata-kata kiasan (pantun),
prosa dan puisi Minangkabau, penggunaan kata "jo" memiliki pengertian
yang sangat besar. Perhatikan pantun berikut:
Anak urang di
sungai lasiah
Nak mudiak ka Batang Hari
Mandaki jalan babelok
Manurun ka Bangka Hulu
Kok tasuo silang jo salisiah
Sarato banta jo ka lami
Dibaiki sajo jo nan elok
Itu banamo urang panghulu
Nak mudiak ka Batang Hari
Mandaki jalan babelok
Manurun ka Bangka Hulu
Kok tasuo silang jo salisiah
Sarato banta jo ka lami
Dibaiki sajo jo nan elok
Itu banamo urang panghulu
Dalam bahasa Minangkabau,
ada huruf mati yang dihilangkan atau dipertukarkan, misalnya dalam perkataan
habis. huruf h dihilangkan dan huruf s diganti dengan huruf h
sehingga menjadi abih, manis menjadi manih, hangus menjadi
anguih.
Ada juga beberapa daerah menghilangkan r pada suku kata kedua, umpamanya garam menjadi ga-am, beras menjadi bareh atau ba-eh dan sebagainya.
Ada juga beberapa daerah menghilangkan r pada suku kata kedua, umpamanya garam menjadi ga-am, beras menjadi bareh atau ba-eh dan sebagainya.
Di daerah Pariaman, suku
kata atau perkataan "nya" diganti dengan huruf hidup e. umpamanya
kapan dia kemari? menjadi bilo wak e kama-i?, roman apa romannya menjadi
coman a coman e.
Dalam bahasa Minangkabau
ada bunyi majemuk yang terdiri dari vokal u dan a (ua), u dan i (ui) i dan e (ie)
a dan i (ai). Vokal kedua dalam bunyi majemuk itu pendek sekali dan kurang
sempurna bunyinya, disebut dengan vokal pelancar. Vokal ini seharusnya
dinyatakan dengan vokal yang bertanda (pepet) di atasnya.
Perubahan
Bunyi Morfem Awal
Misalnya:
Per-pa
|
pertinggi
|
patinggi
|
perantau
|
parantau
|
|
ter-ta
|
tertipu
|
tatipu
|
tergoda
|
tagoda
|
|
te-ta
|
telanjang
|
talanjang
|
terusan
|
tarusan
|
|
ber-ba
|
berlimau
|
balimau
|
berjudi
|
bajudi
|
|
be-ba
|
beban
|
baban
|
belang
|
balang
|
|
ke-ka
|
kenyang
|
kanyang
|
kelam
|
kalam
|
|
me-ma
|
melipat
|
malipek
|
meletus
|
malatuih
|
|
men-man
|
mencetak
|
mancetak
|
mencontoh
|
mancontoh
|
|
mem-mam
|
membelai
|
mambelai
|
membisu
|
mambisu
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar